JELAJAHWANGSA.com - Pagelaran wayang kulit diadakan secara rutin setiap hari Selasa di Musem Sonobudoyo, Yogyakarta. Tujuannya adalah untuk melestarikan budaya Indonesia yang sarat akan nilai, bahkan hingga kancah global.
Pagelaran wayang kulit ini menceritakan tentang kisah legendaris Rama dan Sinta yang tertulis dalam kitab Ramayana. Kisah ini diawali dengan penculikan Dewi Sinta yang dilakukan oleh Rahwana. Dewi Sinta dibawa ke Alengka, yakni kerajaan yang dipimpin Rahwana. Pada akhir cerita, Rama berhasil menyelamatkan Dewi Sinta dengan bantuan Anoman. Dewi Sinta diminta untuk membuktikan kesucian diri dengan cara masuk ke kobaran api dan ia dapat melaluinya.
Penonton yang menikmati pagelaran wayang ini tidak hanya dari masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara. Untuk memudahkan wisatawan, pagelaran ini menyediakan lampiran narasi dalam bentuk digital yang dapat diakses melalui kode respons cepat di lokasi. Narasi ini terdiri atas narasi berbahasa Indonesia dan narasi berbahasa Inggris.
Pagelaran wayang kulit menyuguhkan dua sudut pandang dari sisi yang berbeda. Pertama, yakni sudut depan yang memperlihatkan bayangan wayang. Kedua, yakni sudut belakang yang memperlihatkan dalang dan pemain gamelan.
"Sejak tahun 2021 Museum Sonobudoyo selalu rutin mengadakan kegiatan Wayang kulit yang dilaksanakan setiap hari selasa setiap minggunya. Dalang dan pemain gamelan sendiri terpilih dengan adanya seleksi, mereka tidak hanya memiliki satu kemampuan memainkan alat musik tetapi memiliki kemampuan memainkan alat musik dan memiliki jadwal bergiliran." Ujar Ridho, Staff Museum Sonobudoyo.